Gus Baha Soroti Tradisi Haji yang Terlewat di Indonesia, Apa Itu?
Setiap tahun, jutaan umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia, melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci Mekah. Haji bukan sekadar ritual perjalanan spiritual, tapi juga sarat dengan tradisi dan nilai-nilai yang mendalam. Namun, seiring waktu, beberapa tradisi penting dalam pelaksanaan haji di Indonesia mulai terabaikan atau terlupakan.
Salah satu tokoh yang mengangkat persoalan ini adalah Gus Baha, seorang ulama kharismatik dari Pondok Pesantren An-Nahdliyah, Rembang, Jawa Tengah. Dalam berbagai ceramahnya, Gus Baha menyoroti bagaimana tradisi haji yang bernilai spiritual tinggi kadang luput dari perhatian jamaah dan masyarakat luas.
Artikel ini akan membahas secara mendalam tradisi haji yang menurut Gus Baha sering terlewat di Indonesia, mengapa hal itu penting, dan bagaimana jamaah haji bisa kembali menghayati serta melestarikan tradisi tersebut agar ibadah haji tidak hanya menjadi ritual fisik semata tapi juga penguatan spiritual dan sosial.

1. Makna dan Pentingnya Tradisi dalam Ibadah Haji
Tradisi dalam konteks ibadah haji bukan hanya sekadar kebiasaan turun-temurun, tapi sarana untuk memperkuat nilai-nilai spiritual dan sosial. Tradisi membimbing jamaah agar tidak hanya fokus pada aspek ritual semata tapi juga menginternalisasi makna di balik setiap tahapan haji.
Beberapa tradisi haji yang selama ini dikenal seperti tahlilan bersama sebelum berangkat, doa bersama, hingga pertemuan jamaah usai pulang merupakan cara memperkuat ukhuwah Islamiyah dan mengingatkan jamaah akan nilai-nilai kesabaran, keikhlasan, dan pengorbanan.
Namun, Gus Baha menegaskan bahwa ada tradisi yang lebih esensial lagi yang kadang terlupakan.
2. Tradisi yang Terlewat Menurut Gus Baha: “Muroqobah Hati”
Gus Baha menyoroti bahwa tradisi haji yang paling penting dan sering terlewat adalah muroqobah hati, yaitu tradisi menjaga dan mengawasi hati selama dan setelah pelaksanaan ibadah haji.
Muroqobah secara bahasa berarti ‘mengawasi’ atau ‘menjaga’. Dalam konteks haji, ini adalah upaya menjaga niat, perasaan, dan sikap agar tetap suci, ikhlas, dan tidak terpengaruh oleh hal-hal duniawi selama menjalankan rangkaian ibadah.
Mengapa muroqobah hati penting?
- Haji bukan sekadar menunaikan ritual yang terlihat oleh orang lain, tapi harus dijalankan dengan kesadaran batin yang mendalam.
- Niat yang murni adalah kunci diterimanya ibadah.
- Banyak jamaah yang fokus pada hal-hal lahiriah seperti pernak-pernik, barang-barang mewah, dan pengalaman duniawi sehingga lupa menjaga kesucian hati.
- Muroqobah membantu jamaah untuk tetap tawadhu, sabar, dan khusyuk.
3. Realitas yang Terjadi di Indonesia
Dalam berbagai pengamatannya, Gus Baha melihat bahwa banyak jamaah haji Indonesia yang justru terjebak pada hal-hal material dan sosial selama perjalanan. Misalnya:
- Memperhatikan status sosial dengan pakaian mahal atau kendaraan mewah.
- Terlalu fokus pada dokumentasi dan media sosial, yang justru mengganggu kekhusyukan ibadah.
- Melupakan dzikir dan doa secara khusyuk saat menjalankan wukuf dan thawaf.
- Setelah pulang haji, semangat spiritual yang tinggi tidak terjaga sehingga tidak berdampak signifikan pada kehidupan sehari-hari.
4. Pesan Gus Baha untuk Jamaah Haji
Gus Baha berpesan kepada jamaah haji dan umat Islam secara umum untuk mengembalikan fokus kepada esensi ibadah haji yang hakiki, yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan menjaga hati dan niat.
Beberapa pesan penting dari Gus Baha antara lain:
- Selalu menjaga niat: Sebelum, saat, dan setelah haji, pastikan niat tetap ikhlas karena Allah semata.
- Memperbanyak dzikir dan doa: Hati harus terus diingatkan untuk tidak terbuai dunia.
- Menghindari riya’ (pamer): Jangan menjadikan haji sebagai ajang pamer status atau kebanggaan dunia.
- Membawa pulang hikmah haji: Semangat kesederhanaan, kesabaran, dan keikhlasan yang didapatkan selama haji harus terus diterapkan di kehidupan sehari-hari.
5. Praktik Muroqobah Hati yang Bisa Dilakukan Jamaah
Untuk menghidupkan tradisi muroqobah hati, jamaah haji bisa melakukan beberapa praktik sebagai berikut:
- Menyempatkan waktu untuk refleksi pribadi saat menjalankan setiap ibadah haji.
- Memfokuskan hati pada dzikir dan doa, tidak sekadar mengikuti gerakan ritual secara fisik.
- Menghindari perbincangan atau aktivitas yang mengalihkan perhatian saat menjalankan rukun haji.
- Meneruskan dzikir dan doa setelah pulang haji agar pengaruh spiritual tetap hidup.
- Berbagi pengalaman spiritual secara sederhana tanpa berlebihan atau membanggakan diri.
6. Peran Keluarga dan Masyarakat dalam Menghidupkan Tradisi Ini
Muroqobah hati bukan hanya tanggung jawab individu, tapi juga keluarga dan masyarakat harus saling mengingatkan dan mendukung.
- Keluarga dapat membantu jamaah menjaga niat dan mengingatkan agar tidak terbawa kesenangan duniawi selama haji.
- Setelah pulang, keluarga dan masyarakat bisa menjadi tempat untuk memperkuat semangat spiritual jamaah haji.
- Organisasi dan kelompok pengajian bisa mengadakan pengajian khusus untuk membahas nilai-nilai haji secara mendalam.
7. Kaitan Tradisi Ini dengan Konsep Tasawwuf dalam Islam
Muroqobah hati sangat erat dengan konsep tasawwuf yang menekankan pengawasan hati dan niat. Gus Baha sendiri banyak mengambil referensi dan inspirasi dari ajaran tasawwuf untuk menjelaskan pentingnya menjaga hati selama ibadah.
Dalam tasawwuf, pengawasan hati adalah langkah awal untuk mencapai kedekatan dengan Allah, karena hati yang bersih dan terjaga menjadi sarana utama dalam perjalanan spiritual.
8. Refleksi dan Harapan ke Depan
Mengingat pentingnya tradisi muroqobah hati, ada harapan agar jamaah haji Indonesia semakin sadar dan menghidupkan tradisi ini agar ibadah haji benar-benar membawa perubahan jiwa dan sosial.
Dengan menghidupkan tradisi ini, jamaah tidak hanya mendapatkan predikat haji, tapi juga menjadi haji yang sejati dengan jiwa yang suci dan perilaku yang islami.
Penutup
Tradisi haji yang sederhana namun sangat bermakna seperti muroqobah hati sering terlewatkan dalam pelaksanaan haji di Indonesia. Gus Baha melalui ceramah dan nasihatnya mengajak umat Islam untuk kembali menekankan nilai spiritual dalam ibadah haji agar ibadah ini tidak hanya ritual fisik, tetapi juga sarana transformasi jiwa.
Memahami dan menghidupkan tradisi ini adalah kunci agar ibadah haji benar-benar diterima dan menjadi amal jariyah yang mengalir sepanjang hidup.
Baca Juga : Hercules Cium Tangan dan Minta Maaf kepada Sutiyoso: Mudah-mudahan Bapak Terima